Saya tak terlalu tertarik dengan penemuan tersebut. Sampai suatu hari, ketika saya berkunjung ke UGM tanggal 13 Agustus lalu dalam rangka menjalin inisiatif kerjasama untuk Kompas Knowledge Society, saya terkejut dengan sebuah paparan dari teman teman di UGM tentang kiprah Prof. DR. Teuku Jacob, seorang paleoantroplog paling berpengaruh di Indonesia, Guru Besar Antropologi dan Profesor Emeritus Fakultas Kedokteran UGM yang karya dan pemikirannya kontroversial. Dialah orang yang berjasa membawa kembali fosil Java Man ke Indonesia setelah sempat diperdagangkan. Prof. DR. T Jacob juga menolak anggapan para ahli barat, bahwa manusia purba Sangiran bertradisi mengayau, yaitu memenggal kepala lalu memakan otak sesamanya.
Yang paling menarik adalah perdebatan akademik internasional Prof. DR. T Jacob yang memperjuangkan penemuannya, bahwa fosil di Liang Bua, Flores adalah bagian dari salah satu subspecies Homo Sapiens dengan ras Austrolomelanesid. Ini artinya, fosil fosil tersebut merupakan manusia modern yang berciri sama dengan penduduk Flores yang masih eksis saat ini, yang memang sebagian menunjukan kecenderungan kelainan sebagai manusia kerdil Hobbit (microcephaly). Ini berbeda dengan Paleoantroplog Australia yang menyimpulkan bahwa fosil tersebut adalah bukti adanya spesies berbeda yang bukan manusia modern yang mungkin memberi petunjuk ditemukannya "missing link" antara Homo Neanderthalensis dan Homo Sapiens.
Kisah tentang Situs Sangiran, situs purbakala evolusi manusia terlengkap dunia dan kontroversi tentang manusia Hobbit Flores sedang digarap menjadi sebuah program dokumenter "JEJAK NUSANTARA" oleh tim Kompas Gramedia Production. Semoga memberi kontribusi bagi program program televisi yang mendidik dan bermanfaat.
Jakarta, 15 Agustus 2010.