Minggu, 11 Juli 2010

DRAMA MUSIKAL

Bagi pecinta musikal, tentu tidak asing mendengar judul judul seperti "The Sound Of Music", "Singing in the Rain", "West Side Story", atau para remaja pasti ingat Moulin Rouge, Across The Universe atau Enchanted. Jika anda penggemar pertunjukan musikal, pasti tak mau pulang jika berkunjung ke West End London atau Broadway New York, karena disanalah surga pertunjukan musikal berada. Ada The Phantom of the Opera, Lion King, Miss Saigon, We Will Rock You dan masih banyak lagi.

Saya salah satu penggemar musikal, maka saya beruntung bisa menyaksikan secara langsung pertunjukan musikal kelas dunia di West End London. Saya juga sempat berkeliling dari satu tempat pertunjukan ke tempat lainnya di Wynn Hotel hingga Caesar Palace Las Vegas. Melihat secara langsung pertunjukan "Cirque du Soleilnya" Franco Dragone salah satu idola saya dan merasakan langsung kesempurnaan tiada tara membuat saya terus terpacu dan bermimpi untuk suatu hari nanti bisa membuat pertunjukan sekelas mereka.

Untuk film musikal saya sudah memulainya tahun 2003, bersama Monty Tiwa dan Andi Rianto, saya membuat sebuah film musikal berjudul "Biarkan Bintang Menari". Tak berhenti sampai disitu, Ketika saya memimpin produksi inhouse RCTI, saya dan teman teman membuat sebuah pertunjukan musikal "Gemerlap Keajaiban di negeri Seribu Cinta" tahun 2007 dan "Simfoni Cinta" tahun 2008.

Maka ketika Rusdi Rukmarata dengan EKI Dancenya secara berkala mengadakan pertunjukan musikal dan yang paling anyar Ari Tulang dan Dian HP membuat "Gita Cinta dari SMA" the musical, saya bersyukur karena saya percaya ini adalah langkah langkah kecil tetapi berarti.

Kalau para orang dibelakang layarnya sudah ada, kini dibutuhkan keberanian pengusaha atau pemerintah untuk membangun gedung pertunjukan yang layak dan berstandar internasional. Dalam hal ini, Indonesia tertinggal dibanding negara negara tetangga sekalipun, seperti Singapura dan Malaysia. Tak ada satu pun gedung pertunjukan di Jakarta yang memiliki kualifikasi ideal sebagai tempat pertunjukan musikal atau pertunjukan musik lainnya.

Jika Pemerintah mengharapkan Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata di Asia, maka salah satu atraksi yang bisa memikat wisatawan adalah pertunjukan pertunjukan seni berkelas dan bermutu.

Saya percaya, teman teman kreatif seperti Andi Rianto, Ari Tulang, Rusdi Rukmarata, Dian HP, Johan Jaffar dan yang lain sudah tak sabar untuk berkarya. Kini tinggal pemerintah dan pemilik modal yang ditunggu keberaniannya.


Jakarta, 11 Juii 2010, ditulis disela sela waktu menunggu final World Cup 2010 antara Spanyol dan Belanda.

Indra Yudhistira

Film animasi Indonesia, kemanakah animator animator Indonesia?

Serial Upin & Ipin seperti menohok kita, terutama orang orang yang bekerja di industri kreati Indonesia. Betapa tidak, sebuah serial animasi buatan Malaysia tiba tiba menjadi tontonan wajib anak anak Indonesia, digemari dan diidolakan. Semua barang barang yang menggunakan karakter itu laku keras. Serialnya dibeli dan ditayangkan juga di Asia oleh Disney channel. Lalu kemanakah karya animator animator Indonesia?

Serial Upin & Ipin sebenarnya bukanlah karya yang istimewa, dari sisi teknis penggarapannya masih dalam kategori biasa saja. Yang menjadikannya istimewa adalah keberanian mengangkat cerita cerita sederhana berlatar belakang lokal. Inilah juga menjadikannya sangat menarik adalah kita seperti merasa terhubung dengan masa kecil atau bagi anak anak seperti melihat diri mereka sendiri. Pesan pesannya disampaikan dengan cerdas tanpa kelihatan menggurui khas anak anak. Faktor cerita inilah yang kemudian membuat serial Upin & Ipin berbeda dengan kebanyakan serial animasi lainnya.

Lantas kemanakah serial atau film animasi Indonesia? Indonesia bukan tidak punya. Kita pernah punya serial si Huma, serial animasi produksi kalau tidak salah PPFN milik pemerintah tahun 1980an, kemudian pernah ada film Janus sang prajurit terakhir gabungan live action. Dan 3D animation sekitar tahun 2003. Tahun lalu muncul sebuah film animasi "Mengejar Mimpi", meski diproduksi oleh perusahaan Infinite framework, Singapore, sebagian besar animatornya berasal dari Indonesia dan dikerjakan di Batam. Sehingga bisa disebut sebagai karya anak bangsa

Serial dan film animasi Indonesia memang baru bisa dihitung dengan jari. Saya harus akui faktor yang membuat industri animasi tidak berkembang di Indonesia, selain faktor biaya adalah masih sedikitnya para produser yang serius menggarap potensi animasi. Akibatnya orang orang yang punya keahlian dibidang ini berjalan sendiri sendiri. Tak heran banyak dari mereka yang menerima pekerjaan lepas dari studio studio besar di manca negera sebagai "remote animator".

Saya ingin mengajak teman teman yang bergelut didunia animasi untuk bergabung mewujudkan mimpi Indonesia, yaitu dengan membuat serial atau film animasi karya anak anak Indonesia yang bisa dibanggakan. Saatnya bersatu, jangan jalan sendiri sendiri dan mulai menerima kehadiran profesi lain seperti sutradara animasi, penulis cerita dan profesi penunjang lainnya.

Jika anda tertarik kirim email diri anda dan kirim showreel ke KOMPAS GRAMEDIA group of TV di Gedung Kompas Gramedia, Unit I lantai 6, jl. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270, Indonesia. Ditunggu